“Komik Strip” dan Tawa dari Masa ke Masa

“HAHAHAHA… ,” tertawa itu menyenangkan bukan? Konon, saat kita tertawa, kita melibatkan 15 otot wajah dan lebih dari 80 otot di seluruh tubuh kita. Pada saat tertawa itu tubuh kita secara otomatis mengeluarkan zat endofrin yang membuat kita merasa nyaman dan tenang, dan hormon dopamin lah yang membuat kita merasa bahagia.

Tertawa, itulah yang terjadi pada saya, ketika saya membaca Komik Strip Benny & Mice, baik yang terbit mingguan di harian Kompas maupun dari buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), sama halnya saya tertawa ketika membaca komik strip lain yang tak pernah habis ide 🙂

Komik strip, seperti namanya, disebut karena beberapa strip (baris) berisi cerita dalam rangkaian gambar dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian [koran] atau mingguan [tabloid, majalah, dsb.]). Di Indonesia, kreasi komik strip dipelopori oleh seorang kartunis peranakan Tionghoa yaitu Kho Wan Gie (belakangan kerap disapa dengan Sopoiku) dengan karyanya si Put On yang diterbitkan pada harian Sin Po di tahun 1930.

Si Put On alias “si gelisah” memang merupakan gambaran kegelisahan masyarakat pada jaman itu yang diulas secara ringan dan bernuansa canda. Jaman berganti jaman, komik ini pun mengalami beberapa perubahan dalam tema yang diangkat dan bahasa yang digunakan. Komik ini tetap bertahan hingga lebih dari 30 tahun (komik strip yang terbit terlama di Indonesia), yang akhirnya habis setelah terjadi huru-hara  G30S menjelang akhir tahun 1965.

Penasaran dengan gaya komik strip tahun 1930an itu? Dibawah ini merupakan salah satu seri dari si Put On yang terbit di harian Sin Po pada 20 Agustus 1930. Dengan bahasa yang bercampur: Melayu, Belanda, China dan Betawi—komik ini mengangkat gaya membanyol pada jamannya. Mungkin bagi kaum muda yang membacanya saat ini, akan sulit untuk memaknai “kelucuannya” dan bisa jadi “terlambat tertawa” atau “read now, laugh later”. Tapi, dulu komik ini sangat digemari dan cukup mengocok perut 😀

Pada masa kini, komik strip masih bertahan dan bermunculan di media-media cetak maupun elektronik. Tak beda jauh dengan komik pelopornya “Si Put On”, komik-komik pada media kini, seperti Panji Komang, Benny and Mice, dan lainnya pun masih mengundang gelak-tawa para penggemarnya melalui topik-topik kondisi sosial masyarakat, sindiran politik, maupun tren artis saat ini.

Berada disela-sela berita yang memusingkan kepala, kartun singkat ini memberikan penyegaran bagi pembacanya. Saya sendiri cukup senang dengan keberadaan komik strip, karena dimana masalah begitu banyak di negeri ini dan tingkat stres yang tinggi dikalangan masyarakat kita, komik strip masih menawarkan TAWA pada setiap edisi 🙂

*Oh Tuhan.. konyol sekali komik-komik ini.. HAHAHAHA!!

5 thoughts on ““Komik Strip” dan Tawa dari Masa ke Masa

  1. Oedi`

    Hahaha…. komik emg bisa menjadi penghibur di kala penat…. ga ada ruginya baca2 komik… apalagi yang berbau humor… menyenangkan wes….
    Hmm… komik2 buatan anak bangsa sebenarnya tidak kalah dg buatan luar negeri. Banyak yang sudah menembus pasaran manca negara, tp ya cuma lakunya di luar negeri… kalau di dalam negeri kurang keren katanya (karena budaya bangga kalau beli buatan luar negeri)…
    Itulah Indonesia…. hahaha…

    Reply
  2. Rani Post author

    Iya Oedi, yang kamu baca di atas adalah karya anak bangsa. Lucu-lucu, tidak pernah habis ide dan ajeg lumayan kualitasnya..
    Untuk masalah kecenderungan tidak laku di dalam negeri, aku rasa saat ini masyarakat sudah mulai bisa menilai mana yang berkualitas dan mana yang enggak. Terbukti banyak karya anak bangsa yang laris manis di pasaran. Yah, semoga saja semankin ke depan, kreatifitas dalam negeri bisa semakin diapresiasi 🙂

    Reply
  3. Rani Post author

    @Yusdi,
    Heh! jgn bawa-bawa nama jahiliyah gitulaaahh!! merusak image aja nih ah hahaha…

    Nah itu yang Benny & Mice dan Si Put On kan perwakilan komik koran jg kalii.. :p

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *