Banyak hal yang tidak kupahami. Apa yang kulihat, kudengar, kurasakan, tak selalu mendapatkan benang merah yang sering dipanggil “logika”.
Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab seringkali meresahkan dan berakhir pada “cocok-logi” dari sumber manapun yang teraih.
Kadang dari hal-hal kecil, lahir sesuatu yang besar atau ledakan yang dasyat. Dari hal-hal tak terduga itu kita pun dapat belajar memahami bahwa terlalu banyak hal di luar kendali manusia.
Memang, ketenangan jiwa membuat kita bisa lebih banyak melihat dengan lebih obyektif. Lebih lagi, perasaan dan logika yang seringkali tidak selaras kerap membuat analisa bodong yang menghabiskan energi. Manusia memiliki intuisi yang bisa jadi sangat tepat ketika kita dapat membacanya dalam keadaan tenang, tapi yang terjadi biasanya tertutup oleh perasaan, emosi dan logika.
“Akan datang waktunya kamu bisa legawa dengan semua yang terjadi di hidupmu. Setelahnya, hitam putih akan nampak lebih jelas, intuisimu akan lebih tajam dan energimu akan jauh lebih stabil lalu menarik hal-hal baik. Semua akan terasa lebih damai insyallah.” kata seorang teman dekatku.
Laa hawla wala quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah SWT.
Legawa memang tidak mudah, ini selalu bersamaan dengan ikhlas, yang sering dikatakan salah satu yang tersulit untuk dilakukan. Menerima, pasrah atas semua yang terjadi dalam hidup dan mencoba mengikhlaskan seruan “Mengapa begini?” “Harusnya kan…” dan menggantinya dengan “Ya mungkin begini takdirnya, jika terjadi maka ini yang terbaik, insyaallah.” tidak pernah mudah.
Berusaha adalah bagian dari penerimaan dan kepasrahkan. Maka perjalanan mana yang menjadi akhir dari usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal yang akan lebih mendamaikan.