Author Archives: ranivito

Legawa

Banyak hal yang tidak kupahami. Apa yang kulihat, kudengar, kurasakan, tak selalu mendapatkan benang merah yang sering dipanggil “logika”.

Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab seringkali meresahkan dan berakhir pada “cocok-logi” dari sumber manapun yang teraih.

Kadang dari hal-hal kecil, lahir sesuatu yang besar atau ledakan yang dasyat. Dari hal-hal tak terduga itu kita pun dapat belajar memahami bahwa terlalu banyak hal di luar kendali manusia.

Memang, ketenangan jiwa membuat kita bisa lebih banyak melihat dengan lebih obyektif. Lebih lagi, perasaan dan logika yang seringkali tidak selaras kerap membuat analisa bodong yang menghabiskan energi. Manusia memiliki intuisi yang bisa jadi sangat tepat ketika kita dapat membacanya dalam keadaan tenang, tapi yang terjadi biasanya tertutup oleh perasaan, emosi dan logika.

“Akan datang waktunya kamu bisa legawa dengan semua yang terjadi di hidupmu. Setelahnya, hitam putih akan nampak lebih jelas, intuisimu akan lebih tajam dan energimu akan jauh lebih stabil lalu menarik hal-hal baik. Semua akan terasa lebih damai insyallah.” kata seorang teman dekatku.

Laa hawla wala quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah SWT.

Legawa memang tidak mudah, ini selalu bersamaan dengan ikhlas, yang sering dikatakan salah satu yang tersulit untuk dilakukan. Menerima, pasrah atas semua yang terjadi dalam hidup dan mencoba mengikhlaskan seruan “Mengapa begini?”  “Harusnya kan…” dan menggantinya dengan “Ya mungkin begini takdirnya, jika terjadi maka ini yang terbaik, insyaallah.” tidak pernah mudah.

Berusaha adalah bagian dari penerimaan dan kepasrahkan. Maka perjalanan mana yang menjadi akhir dari usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal yang akan lebih mendamaikan.

Svarga, my love.

Tak pernah menyangka akan tiba di momen ini, pergi dari tempat yang selama ini aku panggil “rumah”. Dengan segala pelajaran, suka, duka, tawa, canda dan air mata yang tumpah di tempat ini, sungguh berat meninggalkannya. Terlalu banyak sudut yang menyimpan kenangan. Suatu hari, akan kutulis banyak tentangmu, Svarga. Terima kasih telah menjadi tempat nyaman buatku bersandar dan beristirahat selama ini. Perjalanan hidup bersamamu sungguh sangat berarti. Banyak cinta, persahabatan dan kesetiaan diuji, juga banyak ketulusan lahir di bawah atap ini.

Svarga, rumah yang akan tetap abadi di hatiku.
I love you, to the Svarga and back.

Degradation of Ethics

Sulit untuk menjelaskan, tapi 2 minggu ini ada saja yang membuat “kaget”. Berkecimpung di dunia kerja yang mayoritas laki-laki memang sebuah tantangan. Saya merasa cukup aman sebenarnya, tapi tetap saja ada oknum-oknum yang membuat saya tidak nyaman.

Orang ini belum pernah ketemu saya, dia datang ke kedai ketika saya tidak di tempat. Awalnya dia DM IG untuk kolaborasi kopi. Tanpa pernah bertemu, DM IG pun baru 1-2x, tapi dia tag saya dengan kata-kata seperti ini. Saya sempat berfikir apa perlu saya lanjutkan kolaborasi dengan orang seperti ini? Apa saya akan dicap sombong atau tidak professional?

Screenshot

Di lain waktu, orang yang berbeda. Pernah bertemu 1x di acara kerjaan tapi tidak mengobrol sama sekali. Tiba-tiba DM menanyakan ini itu, lalu dalam 1 hari, setelah dia tau status saya dia beri pernyataan seperti ini.

Apakah kemampuan orang untuk beretika dalam berkomunikasi sudah jauh menurun ya? Atau saya saja yang kurang mengikuti perkembangan jaman alias kolot?

So sad.

 

 

Let’s wish many good things will be happened this year. Finger crossed. Surely, there will be rainbow after the storm. InsyaAllah. 🤍

Semoga kekosongan diisi kebaikan-kebaikan di 2025.

Harapan-harapan baik terwujud.

Dinaungi kasih sayang dan ketulusan.

Semoga lekat dengan damainya hati dan bahagianya jiwa.

Rapalan-rapalan doa terkabul.

Babak baru dimulai, harapan baru dipupuk.

Bismillahirrahmanirrahim.

Semoga kita semua berbahagia. 🤍