Mengejar Waktu

“Siapa yang butuh keajaiban?” batinku.

Langkahku cepat, kususul waktu yang terlampau cepat melaluiku. Hari sudah larut, terlalu malam untukku kembali ke tempat kerja. Tapi, ada yang belum selesai, aku harus kembali. Kelip-kelip lampu mulai mengganggu penglihatanku yang silindris. Garis-garis terang berpendar makin lebar di jam-jam ini.

“Sampai mana?” sebuah teks muncul di layar ponsel.

Aku terus melaju. Tak ada yang lebih penting dari fokus pada jalanan yang licin karena gerimis ini. Mengejar waktu ternyata bukan keahlianku, karena tetap saja dia mendahuluiku. “Ayolah, tiga tikungan lagi!” pacuku dalam hati. Beberapa kali klakson kubunyikan, sekedar menambah kesadaranku yang mulai memudar.

“Satu tikungan lagi!” kembali kufokuskan pandanganku.

Tepat dua menit setelahnya, aku sigap memberhentikan mobilku dan segera turun, setengah berlari masuk. Kulihat sosok itu berdiri sedikit lusuh dengan celana pendek dan sendal jepit, tatapannya sendu.

“Ada apa?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *