Se-alpha-female Apa Saya?

Baru beberapa hari lalu saya menulis menceritakan celetukan orang-orang tentang pandangan mereka kepada saya yang dianggap “alpha female”, eh semalam teman dekat saya (cowok) juga ngasih statement yang mencengangkan.

Berbicara tentang kerumitan sebuah pernikahan memang tak ada habisnya. Terlalu banyak contoh yang kurang menyenangkan di luar sana. Tak heran banyak yang akhirnya memilih untuk tetap sendiri (tidak menikah), atau child free untuk mengurangi kerumitan berumah tangga.

Saya sendiri belakangan ini selalu menekankan beberapa hal dalam berelasi diantaranya kami harus meningkat kualitas hidupnya. Mengapa harus meningkat? Ya karena sebuah relasi yang baik harus memberikan lebih banyak nilai positif. Lebih bahagia, lebih ringan, lebih produktif, lebih bersemangat, lebih lancar rezeki, lebih banyak tawa, dll. Apakah semua serta merta tanpa tantangan? Tentu saja tidak. Tapi akhirnya kita dapat memberikan kesimpulan bahwa hidup kita akan lebih “bermakna” dengan atau tanpa berelasi. Kalau kualitas hidupnya justru menurun, ya buat apa?

Pernyataan menohok teman saya itu kemudian memancing gelak tawa yang meledak-ledak. Lucu sekali dan tidak terduga, di mana banyak orang yang mengejar saya untuk segera menikah lagi. Tak salah memang. Saya merasa bisa bertahan hidup 8 tahun belakangan dengan cukup baik. Tapi bagaimana bisa dia menyimpulkan saya tidak butuh laki-laki lagi? Se-alpha-female itu kan saya? :))

Lalu, kapan saya menikah (lagi)? 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *