Category Archives: Sastra

Sastra dan terkait

On my knees

The Sixteenth of September

The Sixteenth of September, by Rene Magritte (taken from http://blog.tate.org.uk/)

I’m on my knees.

Begging for mercy.

I see nothing.

I see no light.

Dark. Empty. Stifling.

Cannot breathe.

Cold, but no blanket.

Thirsty, but no water.

The moon is faded.

I’m dancing in the dream.

I’m melting in love.

Brighter sun.

Peace. Happiness. Romance.

Yes, I’m begging,..

At any price to be there.

“Komik Strip” dan Tawa dari Masa ke Masa

“HAHAHAHA… ,” tertawa itu menyenangkan bukan? Konon, saat kita tertawa, kita melibatkan 15 otot wajah dan lebih dari 80 otot di seluruh tubuh kita. Pada saat tertawa itu tubuh kita secara otomatis mengeluarkan zat endofrin yang membuat kita merasa nyaman dan tenang, dan hormon dopamin lah yang membuat kita merasa bahagia.

Tertawa, itulah yang terjadi pada saya, ketika saya membaca Komik Strip Benny & Mice, baik yang terbit mingguan di harian Kompas maupun dari buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), sama halnya saya tertawa ketika membaca komik strip lain yang tak pernah habis ide 🙂

Komik strip, seperti namanya, disebut karena beberapa strip (baris) berisi cerita dalam rangkaian gambar dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian [koran] atau mingguan [tabloid, majalah, dsb.]). Di Indonesia, kreasi komik strip dipelopori oleh seorang kartunis peranakan Tionghoa yaitu Kho Wan Gie (belakangan kerap disapa dengan Sopoiku) dengan karyanya si Put On yang diterbitkan pada harian Sin Po di tahun 1930.

Si Put On alias “si gelisah” memang merupakan gambaran kegelisahan masyarakat pada jaman itu yang diulas secara ringan dan bernuansa canda. Jaman berganti jaman, komik ini pun mengalami beberapa perubahan dalam tema yang diangkat dan bahasa yang digunakan. Komik ini tetap bertahan hingga lebih dari 30 tahun (komik strip yang terbit terlama di Indonesia), yang akhirnya habis setelah terjadi huru-hara  G30S menjelang akhir tahun 1965.

Penasaran dengan gaya komik strip tahun 1930an itu? Dibawah ini merupakan salah satu seri dari si Put On yang terbit di harian Sin Po pada 20 Agustus 1930. Dengan bahasa yang bercampur: Melayu, Belanda, China dan Betawi—komik ini mengangkat gaya membanyol pada jamannya. Mungkin bagi kaum muda yang membacanya saat ini, akan sulit untuk memaknai “kelucuannya” dan bisa jadi “terlambat tertawa” atau “read now, laugh later”. Tapi, dulu komik ini sangat digemari dan cukup mengocok perut 😀

Pada masa kini, komik strip masih bertahan dan bermunculan di media-media cetak maupun elektronik. Tak beda jauh dengan komik pelopornya “Si Put On”, komik-komik pada media kini, seperti Panji Komang, Benny and Mice, dan lainnya pun masih mengundang gelak-tawa para penggemarnya melalui topik-topik kondisi sosial masyarakat, sindiran politik, maupun tren artis saat ini.

Berada disela-sela berita yang memusingkan kepala, kartun singkat ini memberikan penyegaran bagi pembacanya. Saya sendiri cukup senang dengan keberadaan komik strip, karena dimana masalah begitu banyak di negeri ini dan tingkat stres yang tinggi dikalangan masyarakat kita, komik strip masih menawarkan TAWA pada setiap edisi 🙂

*Oh Tuhan.. konyol sekali komik-komik ini.. HAHAHAHA!!

Empat dekade puisi-puisi abadi Sapardi Djoko Damono

Oleh Rani Ariana

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(1989)

Ramuan indah untaian kata oleh pujangga satu ini tak henti-hentinya dapat meluruhkan hati setiap orang yang membacanya, lintas zaman. Bagai seorang pesulap yang bisa mengubah kertas menjadi seikat bunga, ia bisa membuat larik demi larik karya puisinya memiliki nilai dan makna yang jauh lebih dalam dari makna eksplisitnya (tekstualnya). Tak dipungkiri penyair legendaris ini berhasil menggosok besi menjadi sebongkah berlian yang berkilauan dan memukau bagi para penikmat sastra Indonesia. Dengan imajinasinya, ia mengajarkan “metafora-metafora baru” yang membuat untaian kata-kata itu menjadi luar biasa indah.

Continue reading

SAJAK KECIL TENTANG CINTA – Sapardi Djoko Damono

mencintai angin harus menjadi siul

mencintai air harus menjadi ricik

mencintai gunung harus menjadi terjal

mencintai api harus menjadi jilat

mencintai cakrawala harus menebas jarak

mencintaiMu(mu) harus menjelma aku


– Sapardi Djoko Damono –

Cinta itu melebur komponen-komponen menjadi satu energi bersama, mengharmonikan nada, menyamakan langkah, menyelaraskan hati, menyenandungkan irama, merajut asa, mengisi kekosongan, merekahkan senyum, mewujudkan mimpi…

Cinta itu ramuan keajaiban..